Back to News List
Tanda Kamu Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran

Tanda Kamu Mengalami Kekerasan Dalam Pacaran

Aku dan Sekitar

Kekerasan dalam pacaran adalah serangkaian perilaku yang digunakan oleh salah satu pihak untuk mengontrol dan menguasai pasangannya. Tidak hanya fisik, kekerasan dalam pacaran juga dapat terjadi secara psikis dan seksual, baik secara langsung maupun melalui teknologi seperti media sosial. Kekerasan yang terjadi melalui teknologi memang tidak bersifat fisik sehingga Anda sulit menemukan tanda maupun buktinya. Bestie.. Pahami ini yuk bersama Parentsmu agar kamu terhindari dari kekerasan dan ortu tau pekembangan kamu selalu.

Meskipun demikian, ada sejumlah tanda yang dapat Anda amati pada remaja yang mengalami kekerasan psikis (emosional) dalam pacaran. Berikut ini adalah tanda-tandanya, seperti dikutip dari National Center on Domestic and Social Violence.

1. Perubahan perilaku yang mendadak
Remaja yang tadinya ceria, kini sering terlihat murung. Bahkan, yang tadinya tidak mudah tersinggung mendadak gampang tersulut emosi. Apalagi, jika parents bertanya tentang hal yang ia tidak ingin orang lain tahu, termasuk pendapat negatif kamu tentang pacar. Remaja bisa pasang badan.

2. Menghindar dari teman dan keluarga
Biasanya, berkumpul dengan keluarga adalah hal yang paling disukainya. Namun kini, remaja lebih sering berada di kamar dan keluar hanya ketika lapar. Kamar yang biasanya selalu terbuka mendadak tertutup bahkan dikunci. Remaja juga seolah menghindar dari ajakan hang out bersama teman-temannya dengan berbagai alasan.

3. Menarik diri (menjadi misterius)
Remaja bisa dengan santainya menjawab pertanyaan parents seputar aktivitasnya dan teman-temannya. Ketika ia menjadi irit cerita, lebih sering menghindari Anda (untuk menghindari pertanyaan) dan teman-temannya, bisa jadi ia mengalami kekerasan dalam pacaran. Remaja berusaha menutupi apa yang terjadi karena takut pacarnya akan marah apabila orang lain mengetahui bagaimana ia memperlakukan remaja parents.

4. Perubahan penampilan, pola makan, dan pola tidur
Memaksa untuk berpenampilan tertentu juga termasuk kekerasan dalam pacaran jika remaja tidak nyaman dengan hal tersebut dan merasa itu bukan dirinya. Yang tadinya hobi makan coklat mendadak diet (karena takut dibilang gemuk oleh pacar), juga mendadak feminin padahal parents tahu ia sangat menyukai sneakers dan jins. Tanda kekerasan lainnya bisa dalam bentuk berat badan yang anjlok karena beratnya masalah membuat ia kehilangan nafsu makan atau sebaliknya. Pola tidur yang berubah juga merupakan tanda kekerasan, khususnya apabila perubahan tersebut disebabkan oleh intensitas komunikasi dengan pacarnya yang tidak mengenal waktu. Remaja takut jika ia mengakhiri telepon akan membuat pacarnya marah.

5. Nilai pelajaran yang memburuk
Remaja yang menjadi korban kekerasan dalam pacaran mengalami tekanan mental sehingga tidak dapat fokus belajar. Ia mungkin berusaha tampak baik-baik saja dengan aktivitas hariannya. Namun, saat belajar ia tidak mampu berkonsentrasi sehingga performanya menurun. Anda bisa melihatnya dari nilai-nilainya di sekolah yang makin buruk, sering membolos, dan berhenti ikut ekskul tertentu (dalam situasi non-pandemi).

6. Meminta maaf atas perilaku pacar
Tidak pada parents, tapi mungkin pada teman-temannya. Jika pacarnya mendadak menelepon teman pria remaja karena cemburu atau berkomentar negatif di media sosial teman lainnya, remaja Anda pun akan meminta maaf pada pihak-pihak bersangkutan atas apa yang mereka alami. Parents bisa jadi mendengar cerita ini dari saudara atau temannya yang dekat dengan parents.

7. Bolak-balik mengecek ponsel
Remaja memang identik dengan ponsel, namun Anda akan melihat intensitas penggunaan ponsel yang meningkat saat terjadi kekerasan dalam pacaran. Orang yang kasmaran bisa saja sedikit-sedikit mengecek ponsel, namun raut wajahnya pasti berbeda dengan orang yang cemas saat memeriksa notifikasi di ponselnya. Biasanya, ia takut pacarnya marah jika teleponnya tak dijawab atau pesannya tak dibalas. Karenanya, remaja bisa saja mendadak meninggalkan makanannya di meja makan ketika pacarnya menelepon. Ini ia lakukan untuk menghindari pertengkaran dan tuduhan berlebihan ketika ia terpaksa (atau bahkan tidak sengaja) melewatkan panggilan telepon dari pacar.

Membayangkan remaja yang mengalami hal di atas bisa menimbulkan perasaan tertekan, bukan? Apalagi, jika remaja parents yang mengalaminya. Sudah pasti setiap orang tua ingin langsung meminta anaknya untuk putus saat itu juga.

Sayangnya, tidak semudah itu. Remaja bisa saja tak ingin putus karena takut pacarnya akan melakukan hal-hal yang membuatnya malu atau bahkan mengancam menyakiti dirinya sendiri. Rasa cinta pada pasangan juga bisa membuat remaja merasa hal yang dilakukan oleh pasangannya adalah wajar. Dan, setiap amarah adalah layak diterima karena ia melakukan kesalahan.

Bestie, klo kamu mengalami hal diatas, kamu jangan merasa sendiri yah, kamu sangat membutuhkan support dari sekitarmu, so ortumu bisa kamu andalkan untuk hal ini.

Published on 2024-05-15 14:32:40